Spoondrift

spünˌdrift, ˈspuːnˌdrɪft

Etimologi :

Skotlandia spoon (“berlari”,”mulai berlayar sebelum ombak”) + drift (“meluncur”)

Dalam istilah maritim, spoon berarti kapal berlayar hanya dengan angin dan ombak

Digunakan dalam istilah maritim pada abad 17


Esai :

Di ujung gumuk pasir, di tepi pantai selatan, matahari membentuk bayangan seseorang di atas pasir. Dari bentuknya, itu adalah seorang perempuan. Itu adalah Laila, gadis 16 tahun, kelahiran asli desa Pringkuku.

Laila, berdiri mengamati lautan. Rambut panjangnya diikat kelabang, warnanya agak sedikit kemerahan. Ia bukan jenis gadis yang merawat tubuhnya. Kulitnya coklat tua, mungkin matang karena sering terkena matahari.

Ia kemudian berjongkok, tangannya mengambil pasir, lalu menjatuhkannya lagi. Matanya kembali melihat laut. Ia mengamati ombak-ombak laut, yang berulang-ulang pecah di sebuah karang di tengah laut.

Gadis itu masih belum berpindah dari tempat berdirinya, tapi kini ia duduk di atas pasir, matanya masih terus melihat ujung laut, seperti menunggu sesuatu.

“Sebentar lagi”, desisnya.

Bulan September ini, adalah puncak musim kemarau, tapi hari ini, Laila sedang menunggu sebuah ombak, yang hanya datang setahun sekali. Arus dari laut selatan akan membuat sebuah ombak terbesar, dan Laila sedang menunggunya.

Laila adalah anak dari lautan. Sebagian besar hidupnya hanya berteman dengan laut selatan. Sampai kira-kira 10 tahun yang lalu, seorang wisatawan dari Australia, memperkenalkannya dengan surfing. Sejak saat itu, Laila semakin dekat dengan lautan, setiap hari ia bermain-main dengan laut, tidak ada lagi.

Tiba-tiba Laila berdiri, wajahnya seketika menjadi cerah. Sebuah kilatan terlihat di ujung cakrawala, kilatan itu di hasilkan oleh air yang terpercik dari ombak di tengah laut.

Ia meraih papan surfing, dan segera berlari menuju lautan. Seperti seseorang menyambut sahabatnya, dengan kegembiraan, Laila menyambut datangnya ombak itu, dengan kehangatan seorang sahabat.

Pages: 1 2