Jagawana

Petugas penjaga hutan

| ja-ga-wa-na |

Etimolgi :

Indonesia jaga (“melindungi”) + wana (“hutan”)

Sebuah profesi yang melindungi dan menjaga dan menegakkan hukum di area hutan

Esai :

Hamid memulai aktifitasnya dengan menyalakan api yang dibuat dari kayu dan ranting-ranting pohon kering.

Setiap pagi, secangkir kopi pahit panas, selalu jadi ritual memulai hari.

Sinar matahari belum lagi menembus dasar hutan, tapi jam di pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul 5 pagi.

Satu minggu atau bahkan satu bulan berada di hutan adalah hal biasa bagi Hamid. Ia adalah seorang anggota penjaga hutan. Profesi yang dijalaninya hampir 20 tahun terakhir hidupnya.

Kali ini ia sedang berada di sebuah hutan lebat yang masuk dalam kawasan Huidu Tentolomatinan. Huidu dalam bahasa setempat adalah gunung.

Gunung Tentolomatinan menjadi batas alam di sisi Barat Laut antara wilayah Provinsi Gorontalo dan Provinsi Sulawesi Tengah.

Sebagian wilayah gunung ini berada di Kecamatan Taluditi, Kabupaten Pohuwato dan sebagiannya berada di Kabupaten Buol.

Hamid merupakan bagian tim yang melakukan survei jalur yang akan dibuat untuk menghubungkan trans Sulawesi sisi utara dengan sisi selatan.

Timnya akan menyusuri hutan sejauh 50 kilo meter. Suatu jarak yang seharusnya bisa di tempuh dalam waktu 3 hari berjalan kaki.

Tapi lebatnya hutan Sulawesi, dan kondisi geografis, membuat perjalanan menjadi sangat lambat. Belum lagi cuaca yang sangat tidak bisa di prediksi di daerah sekitar garis katulistiwa.

Bila beruntung, Hamid dan kelompoknya akan mampu menempuh perjalanan sekitar 5 kilometer perhari. Tapi rata-rata mereka hanya mampu menempuh jarak 3 kilometer saja.

Sebagai petugas penjaga hutan, salah satu tugas mereka adalah memastikan ekosistem hutan tidak terganggu dari tangan-tangan manusia.