(v.)Menyerang dengan menyebarkan berita palsu, fitnah.
| as·perse | /əˈspərs/ |uh–spurs|
Etimologi :
Arti sebenarnya :
Latin ad + spargere, aspers (“spatter”,”percikan”), asperse (“spatter with liquid”,”memercikan air)
Arti kiasan :
Menghina, atau menyebarkan berita yang tidak benar
Arti sebenarnya sudah jarang dipakai.
Esai :
Semua kepala tertuju ke arah pintu. Suara bising lenyap perlahan, ketika Dini masuk dengan percaya diri kedalam ruang kelas.
Gita Anandita Luh Wulan, nickname Dini, 22 tahun, mahasiswi Teknik Pengendalian Cerdas, satu-satunya perempuan di sekian angkatan jurusan itu, tentu saja selalu menjadi pusat perhatian di jurusan dengan mata kuliah tersulit di kampus negeri ini.
Kulit mukanya coklat terang, bersih, rambutnya panjang, sering di ikat ekor kuda. Hem kain flanel, jins ketat model pensil, dan sepatu lari, tentu saja, membuat mahluk satu ini menonjol di antara mahasiswa lain.
Tapi bukan itu yang jadi pusat perhatian, kali ini. Sebuah berita di jurusan itu tersebar, seorang mahasiswa diduga melakukan plagiasi paper internasional. Plagiasi adalah sesuatu yang sangat tidak ditolerir di salah satu jurusan di fakultas teknik ini.
“Gak mungkin lah mampu nulis paper itu”
“Biasanya kecerdasan berbanding terbalik dengan kecantikan”
“IP 4, ternyata hasil contekan ya”
Begitulah, manusia, lebih tertarik mendengar berita buruk, atau berita mengenai penderitaan orang lain. Berita buruk biasanya menyebar lebih cepat dari berita baik.
Dini melangkah tenang, mengambil tempat duduk di depan. Ia sama sekali tidak memperdulikan pandangan tajam yang tertuju padanya. Bibirnya tetap tersenyum. Sengaja sebelum duduk, dilepasnya karet pengikat rambutnya, ia sengaja menggelung rambutnya, gerakannya seperti penari bali, menghipnotis dan berenergi.
Sebuah surat panggilan menghadap ketua jurusan sudah diterimanya pagi ini. Tidak ada sedikitpun rasa takut terlihat oleh teman-teman mahasiswanya.
“Kamu sudah tahu kan peraturan di jurusan ini”, suara bapak ketua jurusan menusuk. Dini tetap tenang, matanya tetap tajam, tanpa mengintimidasi sama sekali.
“Tim jurusan kita sudah cek berkali-kali, paper kamu 100% plagiat, saya beri pilihan kamu mengundurkan diri, atau dikeluarkan”, sambungnya. Dini hanya tersenyum.
“Baik pak”, Dini tetap tersenyum.
“Kamu tidak ingin membela diri?”, suara terdengar ketua jurusan ragu.
“Buat apa pak? bukannya bapak tidak memberi saya pilihan membela diri ?”, suara Dini lancar menjawab
“Di sini lingkungan akademis tapi, tidak ada bedanya dengan pasar sapi”, tambahnya.
“Jelaskan maksudmu ?”
“Nama saya Gita Anandita Luh Wulan, panggilan saya Dini”, Dini meletakan kartu mahasiswanya di atas meja.
“Tim bapak pintar membandingkan paper, dengan AI, mencari kesalahan, tapi sebaiknya belajar mengecek database mahasiswa”, Dini berdiri dari tempat duduknya, mengambil sesuatu dari dalam tote bagnya.
“Paper itu adalah karya saya sewaktu masih SMA”, Dini meletakan beberapa lembar kertas di meja ketua jurusan.
“Saya menunggu surat pemecatan saya, Permisi pak.”, mantap Dini melangkah meninggalkan ruangan itu.
Ketua jurusan, segera mengambil kertas yang di tinggalkan Dini.
“An intelligent neural-network based navigation for mobile robots by Gita Anandita Luh Wulan“