Cogent

(adj.) Jelas, sangat meyakinkan

| co·​gent | \ ˈkō-jənt |

Etimologi : Latin cogere (“compelling”,”meyakinkan”), dari co + agere (“to drive”,”berjalan”,”bergerak”)

Cogent digunakan untuk pendapat, argumen yang sangat jelas, sangat persuasif dan membuat orang percaya.


Esai :

Hari sudah sangat larut, hujan deras di luar membuat suhu udara sangat dingin. Semua lampu di koridor laboratorium sudah padam. Hanya ada satu ruangan yang masih menyala terang.

Di dalamnya, seorang perempuan muda, sedang menempelkan kedua bola matanya pada okuler mikroskop. Tangan kirinya masih memegang tombol mikrometer, tangan kanannya menulis catatan di bukunya.

Tiara, begitu perempuan itu di panggil. Tapi di pintu depan ruangannya, tertulis “dr. Mutiara Sp.F.M PsyD”, lulusan doktor psikologi forensik sebuah universitas di Inggris. Saat ini sedang menangani kasus pembunuhan seorang wartawan.

Kasus itu sangat rumit, melibatkan pejabat tinggi yang aktif, serta orang biasa yang di jadikan kambing hitam.

Tiara, kembali memeriksa dokumen-dokumen, ia sengaja menampilkan layar laptopnya pada monitor besar di dinding laboratorium.

“Tidak masuk akal”, desisnya, tangannya bersila di dadanya, tanda perempuan itu sedang berpikir keras.

Berkali-kali Tiara mengulang sampel-sampel yang di dapatnya, memeriksanya dengan sangat teliti, satu persatu. Semua prosedur sudah dilakukannya, tapi semua bukti data yang di dapatnya tidak merujuk kepada satu kesimpulan apapun. Semua hasil uji tidak mempunyai korelasi apapun.

Ia berdiri diam, tangannya masih terlipat, pandangannya masih tertuju pada layar besar. Matanya bergerak menangkap semua informasi di layar.

Setelah satu jam berdiri, Tiara berjalan ke arah dinding kaca, dengan hati-hati ia melepas howie coatnya. Pikirannya berusaha menembus gelapnya hujan di luar. Ia berusaha berdialog dengan pikiran-pikirannya. Sesuatu yang sering dilakukannya ketika sedang mengalami sebuah masalah.

Tiba-tiba, Tiara terkejut, kepalanya sedikit mundur, badannya sedikit menjauhi dinding kaca. Kilatan petir yang terang membuatnya tersadar. Matanya tertuju ke sebuah tulisan kecil di sudut kaca.

“Bodohnya aku”, gumannya. Ujung bibirnya tipis tersenyum. Tiara kembali menuju ke meja laboratorium, diperiksanya sekali lagi dokumen pemeriksaan alat bukti. Dan senyum tipis itu berubah menjadi tawa yang lebar.

“Sangat rapi, jelas, dan smart”, Tiara kembali berguman sambil menggelengkan kepalanya.

“Tapi terlalu sempurna”, desisnya.

Tiara berjalan keluar ruangan, tanda ia sudah menemukan jawaban yang di carinya di ruangan ini, selama satu minggu terakhir, sesuatu yang membuatnya berpikir keras.