Hodophile

(n.) Orang yang sangat menyukai atau mencintai perjalanan

| hoʊˌdoʊfaɪl | / | hou dou fail |

Etimologi :

Yunani hodos,(“journey”,”path”,”jalan”,”perjalanan”) + philia (“attachment to”,”tertarik kepada sesuatu”)

Secara literal, hodophile berarti yang menyukai perjalanan.

Jarang digunakan secara informal, tapi sering digunakan dalam tulisan sastra yang mendiskripsikan orang-orang yang suka travelling, atau suka berpergian.


Esai :

Ini ketiga kalinya, sebelum siang, aku melihat kalender dinding hadiah dari toko bahan bangunan langganan ayahku. Angka-angkanya padahal cukup besar untuk dibaca dari jauh, tapi toh aku tetap berdiri dari jarak kurang dari satu meter. Masih 4 hari lagi, pikirku.

Tadi pagi pun sama, masih 4 hari lagi, tidak berubah dalam pikiranku.

4 hari lagi, aku memang akan segera meninggalkan rumah. Aku akan melakukan backpacking berkeliling Thailand dan Laos.

Beberapa kali aku periksa buku catatanku, kali ini rencanaku adalah sebisa mungkin menggunakan jalan darat, tidak menggunakan pesawat.

Kuala Lumpur, Hat-Yai, Pahtthalung, Surat Thani, Bangkok, Vientiane, Luang Prabang, Chiang Rai, Chiang Mai, tulisan-tulisan itu aku cek ulang, memastikan tidak ada yang tertinggal.

“Kamu sudah terlalu banyak pergi”, tangan ibuku lembut membelai kepalaku.

“Belum, belum banyak”, tanganku merengkuh pinggang ibuku.

“Kenapa kamu tidak punya hobi seperti anak perempuan yang normal, suka belanja, suka dandan, masak”, lembut suara ibuku tanpa menghakimi.

“Ya kan ibu sendiri yang suruh aku lihat dunia”, aku menyandarkan kepalaku ke perut ibuku.

Kalau dipikir, kecintaanku traveling, justru ditularkan oleh ibuku sendiri. Ibuku yang mengajak aku berjalan-jalan. Bahkan menurut ibuku, umur 2 tahun, aku sudah dibawa jalan-jalan ke tempat-tempat yang nggak normal.

Tapi benar juga ibuku, dalam setahun ini, mungkin hanya dua atau tiga bulan saja aku ada di rumah. Sisanya, aku habiskan waktu untuk pergi berjalan-jalan ke suatu tempat, terutama yang belum pernah aku datang.

Ibuku juga memang sudah menyiapkan aku menjadi orang yang suka jalan-jalan. Aku sudah di biasakan olah raga sejak kecil, jalan kaki dan lari terutama.

“Biar gak merepotkan ibu”, kata ibuku, ketika aku mengeluh capek jalan.

Aku juga sudah memegang sabuk hitam Dan 1, Kempo, ketika masih kelas 1 SMA.

“Biar bisa jaga diri, kalau pas gak ada ibu”, alasan ibuku ketika aku bertanya kenapa selalu terlihat bahagia melihat aku jadi sansag hidup di dojo, sewaktu randori.

Jadilah aku seperti ini sekarang, perempuan 23 tahun, tinggi 170, berat 65, 10% body fat, status single, hobi membaca, menulis, gonta-ganti paspor, jalan-jalan, backpacking, cita-cita jadi manusia, pencapaian sudah datang ke semua negara Asia, berikutnya Amerika, dan Eropa, nanti Pasifik. Mungkin bila Mars sudah dibuka untuk umum, boleh juga. Keahlian yang dimiliki hafal dan mampu mengumpat dalam 7 bahasa asing, hafal prosedur urus paspor di imigrasi, ass-kicking orang-orang brengsek. Prestasi pernah ganti paspor setahun 2 kali, karena halamannya habis.