Biblichor

(n.) Aroma atau bau yang tercium dari buku yang sudah tua

| bib – li – kor |

Etimologi :

Yunani biblio (“book”,”buku”) + ichor (“zat yang mengalir di pembuluh darah para dewa”)

Biblichor merupakan aroma yang dimiliki dari buku-buku yang sudah tua. Ada beberapa orang yang merasa nyaman dengan aroma ini, tapi ada pula yang tidak.

Biblichor dihasilkan oleh senyawa kimia yang terbentuk dari kertas dan tinta yang dipakai oleh buku. Tidak semua buku beraroma sama, ada yang beraroma seperti kayu, kopi, coklat, dan sebagainya.


Esai :

Gadis itu berjalan di lorong sempit di antara dua rak buku yang panjang. Jarinya menyapu setiap buku yang di lewati. Matanya berusaha membaca deretan buku yang berjejer rapi. Ujung rak telah sampai di langkahnya. Tapi ia belum menemukan yang dicarinya, dan kembali menyusuri lorong kedua.

Langkahnya terhenti di sebuah buku tua, bersamak kulit merah tua. Lama ia hanya menatap buku itu, tanpa berusaha mengambilnya.

Dadanya mengembang, nafasnya memanjang, tanda ia sedang berusaha memperlambat detak jantungnya.

Tangannya meraih buku itu, sesaat terlihat ragu, tapi kemudian dengan sangat ia hati-hati membawa buku tua itu ke atas meja. Disingkirkan semua buku yang terserak di atas meja itu. Saat ini hanya buku itu yang penting baginya.

Dengan hati-hati samak keras pelindung buku itu, di pisahkannya, hingga terbuka buku itu tepat di bagian tengah.

Ia mulai membaca baris baris aksara yang tertulis. Aksaranya adalah aksara kawi, bahasa yang di gunakan adalah bahasa jawa kuno.

Aroma tajam merebak, terasa sangat dalam, campuran harum kertas serat kayu dluang dan tinta kemiri, seperti mengungkap masa lalu buku itu.

Sesaat ia menutup matanya, indera penciumannya menyerap semua aroma yang keluar. Jari-jarinya menyusuri baris baris tulisan jawa kuno.

Itu adalah salinan tertua buku Candakarana, sebuah ensiklopedia kuno yang dibuat di jaman Syailendra.